Senin, 07 Maret 2011

6 Turis Terseret Ombak Parangtritis, 3 Hilang

Gelombang tinggi  
Enam wisatawan Pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta terseret ombak. Tiga diantaranya hilang tenggelam terseret keganasan gelombang laut selatan Yogyakarta, Minggu, 6 Maret 2011 sekitar pukul 15.30 WIB tadi.
 
Ketiga korban yang hilang tenggelam diantaranya Pairah (18) warga Temanggung Jawa Tengah, Septi (13) dan Putri (13) pelajar kelas IX, SMP Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY.

Adi (20) kekasih Pairah yang ada di lokasi kejadian menyatakan bahwa sebelum sang kekasih terseret gelombang laut, korban bermain air di pantai. Pada waktu yang bersamaan ada juga rombongan dari wisatawan lain yang juga ikut mandi dan bermain air di pantai.

"Tiba-tiba gelombang besar datang dan menghantam pacarnya dan beberapa wisatawan yang sedang mandi di pantai," kata Adi.

Sedikitnya ada 6 orang yang ikut terseret gelombang ke tengah laut. Tim SAR yang ada di lokasi langsung menolong. Namun hanya tiga korban yang berhasil diselamatkan.

"Pacar saya juga tidak berhasil diselamatkan bersama dengan dua korban yang lainnya," paparnya. Adi mengaku berencana akan menikahi pacarnya pada bulan Mei mendatang.

Adi mengaku sudah mengingatkan calon istrinya agar tidak mandi ke tengah. Namun karena ada rombongan wisatawan yang juga mandi agak ke tengah laut maka ia juga ikut-ikut mandi ketengah. "Tuhan mungkin sudah memberikan garis dan jalan terbaik," katanya sambil menitikkan air mata.

Taufik M Faqi, Sekretaris Tim SAR Pantai Parangtritis, menyatakan tim terus berupaya melakukan penyisiran pantai. Namun demikian hingga pukul 19.00 WIB keberadaan tiga korban masih belum ditemukan.
"Saat ini beberapa teman korban dan keluarga korban sudah berada di Posko SAR Pantai Parangtritis untuk menunggu dan hasil pencarian dari tim sar," ujar Taufik.

Dengan belum ditemukannya korban lebih dari tiga jam, sangat kecil kemungkinan para korban ditemukan dalam kondisi selamat. "Kami hanya berharap korban segera ditemukan dengan kondisi apapun. Kami akan berusaha keras dengan kemampuan dan personil yang ada," jelas Taufik.

Prancis Akan Akui Negara Palestina September

Senin, 7 Maret


 
Ramallah (ANTARA/Xinhua-OANA) - Seorang pejabat senior Palestina Sabtu mengatakan bahwa dia telah menerima janji dari Prancis bahwa negara itu pada September akan mengakui negara Palestina dengan wilayah yang diduduki oleh Israel pada 1967.

Perunding Palestina Nabil Shaath, yang mengakhiri kunjungannya ke Paris pada Sabtu, mengatakan kepada Xinhua bahwa Prancis menegaskan bahwa mereka akan mengakui negara Palestina pada bulan September.
"Prancis menunda pengakuan atas negara Palestina karena sedang mengerahkan upaya untuk meyakinkan seluruh negara Eropa agar mengakui negara Palestina," kata Shaath.

Dia mencatat bahwa Prancis memimpin inisiatif di Uni Eropa (UE) yang bertujuan mengaktifkan kawasan tersebut mensponsori proses perdamaian, dan mengadopsi gagasan berdasarkan pengakuan terhadap negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

"Prakarsa ini juga bertujuan meminta Israel harus berkomitmen untuk mengacu pada perdamaian internasional," kata Shaath, dan menambahkan ada sinyal bahwa Inggris positif akan meningkatkan kantornya di wilayah Palestina ke jenjang diplomatik yang lebih tinggi.

Setelah pembicaraan damai dihentikan pada 2 Oktober karena penolakan Israel untuk menghentikan kegiatan pembangunan permukiman, Palestina mengancam akan menggunakan opsi diplomatik lain, terutama meminta pengakuan dunia atas negara Palestina.

"Masalah itu bukan masalah kami, masalahnya adalah dengan Israel. Perubahan politik di dunia Arab tidak akan mempengaruhi kepemimpinan Palestina, sebaliknya, ia akan memberdayakan tekad Palestina untuk melanjutkan perjuangan mereka melawan pendudukan Israel," kata Shaath.